Kaisar Kang Xi

di copas (copy-paste)dari group Budhis Indonesia (FB)

Kaisar Kangxi


Pada periode awal Dinasti Qing, Kaisar Kang Xi mempunyai metode istimewa untuk mengajari keturunannya. Kaisar mempunyai 35 anak laki-laki, 20 anak perempuan, dan 97 cucu.
Dia menggunakan berbagai macam cara untuk mengajarkan anak-anak dan cucu-cucunya. Dia juga memiliki sebuah ruang belajar di Taman Chang Chun. Pada era Kang Xi, ruang belajar itu berlokasi di Wu Yu Zhai (Ruang tanpa kenyamanan). Menempatkan anak di ruang belajar mencegah anak tersebut timbul niat main-main atau bermalas-malasan.
Mari kita ambil contoh satu hari saat kaisar mengajarkan anak-anaknya:
Di suatu pagi, dari jam 3 sampai jam 5 pagi, para pangeran mengulang pelajaran hari sebelumnya sebelum bersokolah. Putera mahkota saat itu berumur 13 tahun, dan dia harus bangun pagi-pagi sekali untuk bersekolah. Dari jam 5 – 7 pagi, para guru datang ke ruang belajar. Guru Manchuria, Da Ha Ta, dan Guru Mandarin, Tang Bin Deng, bersama-sama menilai PR murid-muridnya. Bersamaan itu, para murid menghafal pelajaran, mengulang pelajaran dengan cara membacanya keras-keras, namun berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan. Lalu guru mandarin memberikan satu paragraf lagi bagi para murid untuk dihafalkan.
Dari jam 7 sampai jam 10, Kaisar Kang Xi pergi dari tahtanya menuju ruang belajar. Kang Xi secara acak memilih paragraf didalam buku dan menunjuk salah seorang untuk menjelaskannya luar kepala dengan sempurna, tanpa salah. Kang Xi berkata, “Saat saya muda, saya akan membaca buku dengan suara keras selama 120 kali, dan mengulangnya kembali 120 kali. Itulah mengapa sampai sekarang saya mampu menghafal paragraf demi paragraf.” Seorang anak bertanya, “Bukankah cukup untuk mengulangnya 100 kali?” Kang Xi berkata bahwa harus sampai 120 kali. Lalu dia bertanya pada guru, bagaimana nilai anak-anaknya. Beberapa guru memuji-muji putera mahkota yang sangat pandai dan mampu mengulang pelajaran dengan baik. Kang Xi berkata: “Kamu jangan hanya memuji dia, seharusnya lebih banyak mengkritik dia. Ini untuk mencegah dia menjadi arogan.” Lalu ia pergi untuk kembali mengurus urusan negara.
Karena hari itu musim panas, cuaca sangat panas. Tetapi anak-anak tidak diperbolehkan mempunyai satu kipas untuk dirinya sendiri dan mereka harus tetap duduk lurus. Dari jam 9 sampai jam 11, mereka belajar kaligrafi, harus menulis setiap sebanyak 100 kali. Istirahat makan siang dari jam 11 sampai jam 1. Setelah itu, dari jam 1 siang sampai jam 3, mereka melanjutkan belajar di udara terbuka, yakni belajar menunggang kuda dan memanah.
Dari jam 3 sampai jam 5, Kang Xi kembali lagi ke ruang belajar untuk melihat pekerjaan anak-anaknya. Dia juga mendengarkan mereka mengulang pelajaran mereka. Mereka mengarang puisi dan membacakannya untuk Kaisar. Dari jam 5 sampai jam 7, mereka mempraktekkan kemahiran memanah. Pertama-tama anak-anak dulu memanah, kemudian guru memanah untuk menunjukkan pembetulan, dan terakhir kaisar sendiri juga ikut memanah, dengan cara memberi contoh inilah anak-anak dididik. Menurut kisah sejarah, setiap kali kaisar yang memanah, pasti berhasil mencapai tepat di mata tengah papan sasaran. Beginilah, dari jam 3 sampai jam 7, tanpa istirahat, latihan memanah dilakukan, sepanjang musim panas dan termasuk musim dingin.
Dari kejadian diatas kita dapat melihat bahwa kaisar Kang Xi mendidik anaknya menggunakan disiplin yang ketat. Dari tutornya, anak didik Kang Xi mengembangkan banyak bakat. Bakat pertama adalah politik. Anak lelakinya,Yong Zheng, kemudian menjadi kaisar selanjutnya. Cucunya, Qian Long, menjadi kaisar penerus Yong Zheng. Baik Yong Zheng dan Qian Long adalah kaisar yang luar biasa dalam sejarah China. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Kang Qi sangat berhasil.
Bakat kedua adalah ilmu pengetahuan. Anak ketiga Kang Xi, Yin Zhi, adalah seorang ilmuwan hebat. Ia juga adalah penulis buku “Kompilasi Zaman Dulu dan Masa Kini”, yang mempunyai 10.000 seri.
Bakat ketiga adalah seni. Beberapa pangeran sangat mahir dalam kaligrafi dan melukis. Bakat keempat adalah bakat kehidupan. Banyak dari ibu-ibu pangeran tersebut adalah selir, tidak mempunyai status tinggi dalam istana. Namun para pangeran tersebut tidak bersaing atau berebut posisi kaisar, dan hidup damai satu sama lain, saling mendukung dan sangat produktif.
Karena kesuksesan metode pembelajaran Kang Xi, tidak ada satupun anak didiknya yang menjadi orang berwatak buruk, playboy ataupun melakukan hal jahat/merugikan orang lain.
File Under:

Buddhisme Mendapatkan Penghargaan Sebagai Agama Berbaik di Dunia

Sungguh menarik membaca bahwa Agama Buddha mendapatkan penghargaan sebagai 'Agama Terbaik di Dunia'.

15 Juli 2009, Tribun de Geneve

Koalisi International berdasarkan Jenewa untuk Kemajuan Agama dan Spiritualitas (The Geneva-based International Coalition for the Advancement of Religious and Spirituality- ICARUS) telah memberikan penghargaan kepada Komunitas Buddhis sebagai 'Agama Terbaik di Dunia' tahun ini.

Penghargaan khusus ini dipilih dalam suatu pertemuan internasional dengan lebih dari 200 pemimpin keagamaan dari semua bagian spectrum spiritual. Sangatlah mengagumkan untuk dicatat bahwa banyak pemimpin keagamaan lebih memilih Agama Buddha daripada agama mereka sendiri. Meskipun pengikut Buddha hanyalah sebagian kecil dari anggota ICARUS.

Berikut ini empat komentar dari anggota pemilih.

Jonna Hult, Direktur Riset ICARUS mengatakan 'Tidaklah mengejutkan bagi saya bahwa Agama Buddha mendapatkan penghargaan sebagai Agama Terbaik di Dunia, karena kita tidak dapat menemukan satu kejadian perang pun yang dilakukan atas nama Agama Buddha. Dibandingkan dengan agama-agama lain yang sepertinya menyimpan sepucuk senapan dalam almarinya untuk dipergunakan apabila Tuhan membuat suatu kesalahan, kita bahkan sulit menemukan seorang umat Buddha yang pernah menjadi tentara. Orang-orang ini melaksanakan hal yang telah mereka ceramahkan sehingga kita tidak lagi bisa menyetarakannya dengan tradisi spritual lainnya.

Seorang pastur Katholik, Romo Ted O`Shaughnessy mengatakan dari Belfast, "Sebagaimanapun saya mencintai Gereja Katholik, saya selalu terganggu karena kita mengajarkan cinta kasih seperti yang terdapat dalam kitab suci namun kemudian mengatakan bahwa kita menyatakan mengetahui kehendak Tuhan saat kita membunuh sesama manusia. Untuk alasan itulah saya harus menjatuhkan pilihan saya kepada Agama Buddha.

Seorang pemimpin Muslim Tal Bin Wassad menyetujui dari Pakistan melalui penerjemahnya, "Meskipun saya seorang Muslim yang taat, saya dapat melihat sedemikian banyak kemarahan dan pertumpahan darah yang disalurkan sebagai ungkapan keagamaan daripada berhubungan dengan urusan pribadi."
"Umat Buddha telah memecahkan masalah itu", lanjut Bin Wassad, anggota ICARUS yang memberikan suara untuk kelompok Muslim Pakistan, "Sebenarnya, sebagian teman akrab saya adalah umat Buddha."

Rabbi Shmuel Wassertain mengatakan dari Jerusalem, "Tentu saja saya mencintai Agama Yahudi, dan saya pikir itulah agama terhebat di dunia. Namun, sejujurnya sejak tahun 1993 saya telah melaksanakan meditasi Vipassana setiap hari sebelum minyan (doa sehari-hari umat Yahudi). Jadi saya mengerti hal itu."

Bagaimanapun juga ada satu masalah, ICARUS tidak dapat menemukan seorang pun untuk menerima penghargaan itu. Semua umat Buddha yang mereka hubungi tetap mengatakan menolak penghargaan itu.

Ketika ditanya alasan kolompok Buddhis Birma menolak penghargaan tersebut, bhikkhu Ghurata Hanta mengatakan dari Birma,"Kita berterima kasih atas pernyataan tersebut, namun kita memberikan penghargaan itu untuk semua umat manusia, karena sifat keBudhaan berada dalam setiap diri kita."

Groehlichen kemudian berkata "Kita akan terus menghubungi semua fihak sehingga kita menemukan seorang umat Buddha yang mau menerimanya, Kita akan memberitahukan kepada Anda apabila kita telah menemukannya."
File Under:

Yan Ying

ini adalah salah satu kisah yang disadur dari buku "Kisah-kisah kebijaksanaan China Klasik" oleh Michael C. Tang


Yan Ying di kisah ini adalah penasehat kerajaan Qi di jaman Chun Qiu (periode musim semi - musim gugur Abad ke 5 sebelum masehi) sejaman dengan tokoh besar Kongfusius.



Bantuan Saat Kelaparan


Pada suatu waktu di Qi, terjadi masa kelaparan. Yan Ying meminta izin kepada Bangsawan Jing (pengusa Qi) untuk membuka lumbung negara demi membantu orang-orang yang tertimpa bencana kelaparan. Tetapi permintaannya ditolak.

Pada saat yang bersamaan, sang bangsawan sedang membangun istana baru-nya. Dalam kapasitasnya sebagai perdana menteri, Yan Ying secara diam-diam memerintahkan pejabat yang berwenang atas proyek itu untuk melipatduakan gaji pekerja, memperbesar lingkup proyek itu, dan melambatkan laju pekerjaan konstruksi itu.

Konstruksi itu selesai setelah tiga tahun di mana dalam periode tersebut orang-orang yang seharusnya mati kelaparan dapat lolos dari bencana itu karena bekerja untuk proyek tersebut. Sang bangsawan sangat gembira melihat istananya selesai. Pada saat pekerjaan itu selesai, bahaya kelaparan telah berlalu.



Kekuatan Jawaban Yang Cerdik

Yan Ying mempunyai tinggi badan kurang dari 5 kaki (kira-kira 130 cm). Dia dikirim ke kerajaan Chu sebagai utusan. Ketika dia sampai di istana kerajaan, beberapa pejabat Chu mencoba mempermainkannya. Mereka membawanya menuju pintu kecil di samping pintu masuk utama kerajaan. Yan Ying menolak untuk masuk.
"hanya jika saya mengunjungi anjing kerajaan, saya akan masuk melalui pintu anjing. Tetapi saya datang untuk menemui Raja Chu. Haruskah saya memasuki negara anda melalui pintu ini?"
Dia lantas dipersilahkan masuk melalui pintu utama.

"apakah demikian sedikit orang di Qi sehingga mereka mengirim anda sebagai utusan?" tanya Raja Ling dari Chu ketika dia bertemu Yan Ying.
"demikia banyak orang di negara kami dan ibu kota begitu padat sehingga kelihatan seakan-akan sedang hujan ketika orang-orang menghapus keringat dari wajah mereka."
"Kalau demikian kenapa mereka mengirim anda?"
"Kami memiliki kebijakan untuk mengirim orang yang berharga untuk mengunjungi negara yang berharga, orang yang lebih berharga untuk negara yang lebih berharga dan orang yang kurang berharga ke negara yang kurang berharga. Saya adalah yang paling tidak berharga di antara semua orang. Itu sebabnya saya adalah orang yang tepat untuk dikirim ke Chu."

Pada jamuan makan malam yang diadakan untuk menjamu Yan Ying, seorang dengan borgor, dibawa oleh kedua penjaga, berjalan melalui pintu menuju ruang makan malam.
"Sipakah dia?" tanya raja dari Chu.
"Orang dari Qi" kata penjaga tersebut.
"Apa yang dia lakukan?"
"Dia dituduh mencuri!"
Raja berpaling kepada Yan Ying. "Orangmu mencuri. Sungguh memalukan!"
Yan Ying berdiri dan menjawab, "Orang-orang mengatakan bahwa pohon jeruk akan menghasilkan buah yang asam dan kering ketika mereka tumbuh di utara, tetapi ketika tumbuh di selatan buahnya manis dan berair. Daun-daun mereka serupa tapi rasanya berbeda. Sewaktu hidup di Qi, dia tidak mencuri. Tetapi ketika datang kemari, mereka menjadi pencuri. Kemungkinan besar, lingkungan Chu membuat orang itu berlaku demikian."
File Under: