Tak Tergoyahkan oleh Delapan Angin

Seorang pembina, setelah sekian lama melatih diri menemukan bahwa dirinya sudah teguh tak tergoyahkan. Dengan begitu dia menuliskan syair untuk seorang Master Zen sebagai bentuk ungkapan pencapainnya. Terjemahannya kira-kira begini "Terpujilah Sang Buddha membimbing semua makhluk menuju pantai seberang, kini delapan angin tidak menggoyahkan (merunjuk kepada dirinya)batin"
kalo tidak salah...
delapan angin = pujian, hinaan, kemarahan, bahagia, sedih, kecewa, kelancaran dan rintangan.


Master zen yg menerima surat tersebut tersenyum, dan menuliskan satu huruf untuk dikirim kembali kepada pembina itu.

Alangkah terkejutnya sang pembina ketika membuka surat yang tertulis "kentut". Tidak puas dengan jawaban Master Zen tersebut. Beliau pergi menemui sang Master Zen, bermaksud meminta konfirmasi dan penjelasan (mungkin surat yang disampaikan keliru)

Setelah melewati sungai dan sampai di biara sang Master Zen. Sayang sekali sang Guru tidak ada di tempat. Beliau hanya bertemu seorang murid yang sedang membersihkan halaman biara. "Guru menitipkan sepucuk surat untuk Anda..." katanya sembari mengeluarkan sepucuk surat dari balik jubahnya.

tertulis dengan jelas "delapan angin tidak menggoyahkan, sekali kentut melemparkannya ke seberang sungai" he he he...

Malihat Segala Sesuatu Sebagimana Apa Adanya

Malihat Segala Sesuatu Sebagimana Apa Adanya...
tanpa bumbu-bumbu...

artinya hanya melihat, menyadari dan merasakan
tanpa menilai, tanpa membedakan baik-buruk, tanpa kemelekatan batin...
tiada armarah, tiada pula kebencian, tidak juga niat yang timbul...

ketika berjalan...
menyadari gerakan kaki... merasakan permukaan yang terinjak... bahkan tidak mendefinisikan kiri ataupun kanan... karena pada awalnya tiada istilah kiri ataupun kanan...

ketika bernapas
merasakan udara yg mengisi paru-paru... menyadari dalam dan dangkalnya... tanpa berusaha mengaturnya... karena kealamian adalah yang paling sempurna... dan kita mengamati, melihat apa adanya... bukan "mengatur"...

berangkat dari latihan yang sederhana ini... mari kita bawa kedalam kehidupan kita...

sebagaimana apa adanya...
segala hal adalah rangkaian sebab jodoh yang muncul dan lenyap sesuai karmanya... oleh karena itu orang yang benar-benar mampu "melihat segala sesuatu sebagaimana apa adanya" tidak terlalu senang jika mendapatkan dan tidak terlalu sedih jika berpisah... dia tahu bahkan batinnya juga berubah-ubah oleh rangsangan dari 5 indra dan pikirannya... tidak melekat, tidak tercekat... bersedihnya juga tidak akan lama, bahkan tidak akan bersedih jika sudah sangat jelas melihat segalanya sebagai mana apa adanya...

Oleh karena itu sang Maitreya Guruku berujar:
hanya dengan senyuman menghadapi segalanya (只以笑容,面對一切...)

segalanya mencakup setiap makhluk, setiap masalah, dan segala benda...
segalanya mencakup jasmani, batin dan yang bukan jasmani dan bukan pula batin...


dan senyum...
mewakili kasih yang tiada tara...
mewakili kebijaksanaan tiak terkira (yang terlihat bodoh)...
mewakili pengertian yang mendalam akan segala sesuatu...
dengan satu suara yang tak pernah berakhir bergema dalam batin
"semoga semua makhluk berbahagia..."
File Under:

Buddha Dharma Dalam Perspektif ku...

Salam Kasih.. salam sukacita
semoga semua dalam keadaan sehat dan bahagia... ha ha...

Saya pernah mendengar bahwa "Buddha Dharma" bukan agama...
dia bahkan lebih luas dari agama...

terus terang saya sangat sependapat...
jika kita berkutat pada yang namanya "Agama" artinya kita akan berbicara dalam perspektif yang sanagat sempit... dalam menempatkan Buddha Dharma... yaitu seputar perbedaan-perbedaan, tatacara, ritual, dan lain-lain... bukan maksud saya hal ini tidak penting, namun ada kalanya karena hal-hal demikian kita menjadi lupa pada kenyataan yang lebih penting dan mendasar...

bahwa Buddha Dharma... mencakup keseluruhan hukum yang bekerja di alam semesta... Dia adalah "pelajaran tentang kehidupan, dan sifat-sifat dari kehidupan serta sifat-sifat dari segala sesuatu" mencakup seluruh alam semesta... dimana bumi yang kita bangga-banggakan, tempat kita berkutat dengan berbagai argumen untuk memenangkan pandangan kita dan pendapat kita, tempat agama-agama mencari pembenaran, hanyalah debu yang sangat kecil...


bagaimanapun juga, saya dan kita semua juga debu-debu kecil... jadi biarlah kita juga mengurus masalah-masalah debu ini yah???
ha ha ha...

tapi, diakui atau tidak... hukum alam tetap berlaku, ketidak-kekalan tetap berlaku selama ada "eksistensi"... jadi jika kita memahami buddha dharma dari segi yang maha luas ini... apa lagi yang patut dan terlalu penting untuk dipermasalahkan?

toh semua meneriakkan jangan membunuh, jangan mencuri.... jangan berbuat jahat, sucikan hati dan pikiran.... jadi yang paling menggagumkan adalah dia yang "melakukan" dengan tersenyum menikmati kebebasan hati, tanpa banyak komentar dan pikiran... hidup dalam seketika itu.... bukan seperti saya yang terlalu banyak berpikir dan ngoceh... ha ha ha....
File Under:

SAYA PERNAH DATANG DAN SAYA SANGAT PENURUT

demikian sebuah cerita dari teman kita di salah satu web Buddhis...


Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut. Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya
menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan
kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya
sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang
keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang
kesanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada,
kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini". Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng
Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamakannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim
email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini". Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati". Yu Yuan kemudia berkata : "Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat
saya."

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,....... Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakana ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang
membasahi pipinya.

Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.

Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah..............." demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan
kepergian Yu Yuan.

Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".
File Under:

Zero Point

For my dear country Indonesia, and my homeland West Borneo... Pontianak

Pyramid and Liberty tower can be build in any places in this earth. But Zero Point, can't be set in any places but here... Pontianak, a city the place where I was born. Is the capital of West Borneo (West Kalimantan).

Borneo / Kalimantan is the largest island in my Country Indonesia. Here are tropical rain forest, where large sum of nature resources being growth by Mother Earth. Plants and animals life with harmony. There are Palm, Coconut, Wood, rattan, aloe vera (Aloe barbadensis Milleer), rubber etc...
Palm = palm oil... it descent is raw material to produce soap, washing powder, biofuel etc
Coconut and aloe vera can make a delicious and healthy beverage...
Coconut = CPO the material of cooking oil and margarine
Wood the material for any kind of furnitures (but now we do not allowed to cut off the trees because global warming issue)
Rubber, the material or complement for any kind of equipment...
and so on...

Here living Dayak tribe, the aboriginal inhabitant. who live deep in jungle, remote from the crowded... so close with nature, heaven like father earth like mother...

The Zero Point is in West... The imaginer line of Equator that separate earth to two side (north side and south side), where equinox occur two times a years (that day and night equal 12 hours & sun goes straightly on the top at 12 o'clock)

This is where the story begin...
me... ha ha ha... start at Zero Point...
File Under:

Waisaka Purnama

Untuk Memuliakan Sang "Yang Sadar" (Buddha)

2553 tahun terlalui. Ajaran dan jejak-jejak kasih serta kebijaksanaan dari Sang Buddha tetap berlanjut. Datang sebagai manusia seperti halnya kita. Menggenapi janji luhur laksa kalpa. Menyeberangkan laksa makhluk dari samudra derita menuju pantai bahagia.
Segala sesuatu yang kita cari, dia punya...
Melepaskan semua, demi terbebasnya laksa makhluk dari duka penderitaan
Menanggung laksa derita. Lapar, dingin beku, panas terik tak menggoyahkan hati...
Tekad laksana gunung baja...

Dibawah pohon Bodhi...
Langit Bumi menjadi saksi... seorang manusia mencapai pencerahan agung...
tiada lagi yang menghalangi pengetahuan, tiada lagi yang tak terjangkau, tiada lagi yang mengusik kedamaian, tiada lagi noda... tiada halangan...
melihat dengan jelas kebenaran hidup yang kekal, menyadari keberadaan segala... melebur dalam kekekalan masa... sesaat yang abadi... satu yang merupakan semua...

Membabarkan kesunyataan mulia... menegakkan dharma... menghimpun sangha suci...
akhirnya... mentrasmisikan kebenaran dharma sejati... mengungkap buddhata sejati yang asali... melampaui segala dharma kitab suttra... trasmisi dhrama hati tanpa ucap kata... lambaian bunga dan senyum kassyapa...

menyerahkan tongkat estafet pembabaran dharma tertinggi kepada Maha Buddha selanjutnya Maitreya...

mencapai Maha Parinibbana kembali kepada...
sesuatu yang tidak dilahirkan tidak berwujud, yang mutlak... akhir dari segala...
File Under: