The Indigo...

...
saya ambil dari posting seorang teman di www.wihara.com/forum

Akhir-akhir ini kita sering dikejutkan oleh anak yang memiliki pola pikir berbeda dengan anak seusianya. Daya nalar mereka cenderung dewasa, padahal usianya belum mencapai belasan. Nah, anak-anak ini bisa saja merupakan anak indigo. Lho, apa itu anak indigo?

Istilah indigo berasal dari bahasa Spanyol yang berarti nila. Warna ini merupakan kombinasi warna biru dengan ungu. Warna-warna tersebut diidentifikasi lewat cakra di tubuh. Letak indigo ada di kening, persisnya antara cakra leher yang berwarna biru dengan cakra puncak kepala yang berwarna ungu. Istilah “anak indigo” atau indigo children juga merupakan istilah baru yang ditemukan konselor terkemuka di AS, Nancy Ann Tappe.

Pada pertengahan tahun 1970-an, Nancy meneliti warna aura manusia dan memetakan artinya untuk menandai kepribadiannya. Tahun 1982 ia menulis buku Understanding Your Life Through Color. Penelitian lanjutan untuk mengelompokkan pola dasar perangai manusia melalui warna aura, mendapat dukungan psikiater Dr. McGreggor di San Diego University. Dalam klasifikasi yang baru itu Nancy membahas warna nila yang muncul kuat pada hampir 80 persen aura anak-anak yang lahir setelah 1980. Warna itu bisa dilihat dengan Foto Kirlian atau dengan alat generasi baru sejenis seperti Video Aura.

Anak indigo memiliki roh yang sudah tua (old soul) sehingga dalam keseharian, tidak jarang memperlihatkan sifat orang dewasa atau tua. Tidak heran jika mereka kedapatan sangat bijak yang kadang berbicara seperti orang tua dengan hikmat luar biasa yang tidak mungkin diucapkan oleh bocah seusianya. Bahkan orang tuanya sekalipun bisa saja kalah bijak dengan anak indigo ini.

Para psikolog yang mendalami masalah indigo percaya bahwa proses reinkarnasi benar-benar ada. Proses reinkarnasi adalah proses terlahir kembali. Menurut mereka, anak-anak indigo ini adalah adalah roh yang telah berkali-kali mengalami proses tersebut. Lewat proses inkarnasi yang berulang-ulang inilah roh-roh mereka belajar dan mengalami penuaan jiwa.Tidak heran jika kemudian anak-anak dengan old soul ini sanggup melihat masa lalunya sendiri atau orang lain. Dr. Tb. Erwin Kusuma, SpKJ, psikiater anak dengan pendalaman di bidang kesehatan mental spiritual yang juga indigo mencontohkan, seorang anak indigo yang melihat masa lalunya sebagai orang Amerika yang dahulu meninggal karena pesawatnya jatuh, ataupun adapula anak yang berkata, “Nenek kan dulu adik saya!”

Anak-anak ini memiliki kesadaran yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang, mengenai siapa diri mereka dan tujuan hidup mereka. Seringkali anak indigo diperlakukan seperti anak kecil dan tak mau mengikuti tata cara maupun prosedur yang ada.

Anak indigo yang memiliki kemampuan indra keenam/sixth sense dapat menembus ruang dan waktu. Kemampuan menembus ruang artinya dalam waktu yang bersamaan, mereka dapat mengetahui apa yang terjadi di tempat lain padahal mereka tidak berada di tempat tersebut. Sedangkan kemampuan menembus waktu artinya mereka dapat mengetahui apa yang akan terjadi atau yang sudah terjadi, namun tidak bisa dipersepsi oleh indra biasa.

Dengan asumsi tersebut, menurut Erwin, anak indigo bisa ditandai cerdas dan kreatif, karena dia sudah melalui cakra leher yang berwarna biru. Dalam kondisi sudah melewati biru, maka dia masuk dalam kategori indigo, baik secara mental maupun spiritual. Apabila difoto aura, seakan-akan tampak memakai serban dengan warna biru. “Hanya saja, saat ia lahir, jasmaninya kecil, tidak sematang mental dan spiritualnya," Erwin menambahkan.

Ciri-ciri lain yang mudah dikenali adalah punya kemampuan spiritual tinggi. Anak indigo kebanyakan bisa melihat makhluk atau materi-materi halus yang tidak tertangkap oleh indra penglihatan biasa. Kemampuan spiritual semacam itu masuk dalam wilayah ESP (extra-sensory perception) alias indra keenam.

Fenomena lahirnya anak-anak berkemampuan lebih ini sebenarnya sudah sejak lama ada. Sebastian Bach, Albert Einstein, dan Thomas Alfa Edison bisa dikategorikan sebagai anak indigo. Musik yang diciptakan Bach dapat disebut sebagai tipe musik anak indigo. Ia menciptakan musik sambil melamun, sama seperti Einstein yang mendapat rumus saat sedang bengong. Sedangkan, Thomas Edison dikategorikan indigo oleh karena rasa ingin tahunya yang besar dan selalu bertanya-tanya ataupun selalu berusaha mencari jawaban-jawaban dari segala pertanyaan yang muncul di benaknya.

Mistikus Amerika Edgar Cayce (1877 – 1945), yang mampu melihat aura orang lain, mengatakan bahwa kelompok-kelompok individu yang luar biasa dan amat mengagumkan akan mulai turun berinkarnasi ke Bumi selambat-lambatnya pada abad ke-20 dan seterusnya. Ia mengatakan bahwa mereka akan datang dengan sebutan Anak-Anak Indigo.
Munculnya anak-anak ini tidak lepas dari pengaruh perubahan getaran bumi. Pada tahun 1970 sampai 1980-an, resonansi bumi sekitar 7,83 Hz. Di tahun 2000 menjadi 8,5-9 Hz, sedangkan di tahun 2004 sudah mencapai 13,5 Hz. Secara metafisik, getaran bumi yang semakin cepat akan menimbulkan satu fase, yang menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat ke dimensi yang lebih tinggi. Secara teoretis, getaran bumi yang semakin cepat akan membuat bumi semakin panas dan suhu ikut meningkat. Kenaikan ini juga mengakibatkan perubahan yang cukup signifikan, sehingga membutuhkan orang tertentu untuk menyeimbangkannya.

Sebuah penelitian di Rusia menunjukan bahwa sekitar 95 persen anak-anak yang lahir sejak 1994 tergolong “anak indigo”. Hal itu bisa dibuktikan melalui lingkaran cahaya biru di sekeliling tubuh mereka. Fungsi organ dalam anak-anak ini juga telah mengalami perubahan yakni sistem kekebalan tubuh mereka lebih kuat beberapa kali lipat dibanding orang pada umumnya, kebal terhadap penyakit, bahkan dapat melawan penyakit AIDS, dan DNA mereka juga tidak sama. Para ilmuwan menduga, bahwa mungkin dikarenakan variasi gen, ribuan warga di bumi sudah bukan tergolong “manusia lama” lagi, sebuah spesies manusia yang baru sedang lahir, meskipun perkembangan proses ini lamban namun diyakini benar-benar sedang muncul.

Kelahiran anak-anak berbakat inilah yang akan membantu getaran bumi berjalan lebih mulus. Kelahiran mereka ditujukan untuk mengubah tatanan dunia supaya menjadi lebih nyaman. Anak indigo datang ke dunia dengan berbagai misi. Cara yang diambil pun beraneka ragam. Bisa lewat kesenian, pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, bahkan menjadi paranormal. Anak indigo kebanyakan merupakan pendobrak suatu tatanan yang salah. Karena bertugas meluruskan ketidakbenaran itu, mereka umumnya lahir dengan tipe bijaksana.

Lalu, apakah kemampuan spiritual anak indigo bisa dipelajari? Khusus untuk kemampuan indra keenam mereka, Dr. Erwin memastikan bisa. Menurutnya manusia diciptakan dalam 3 bagian. Pertama diciptakan dalam bentuk roh yang menjadi dasar kehidupan manusia. Lalu roh ini dibuatkan solar body (tubuh matahari). Disebut tubuh matahari karena memang terbuat dari energi cahaya matahari. Tubuh matahari inilah yang sebut tubuh cahaya, tubuh eterik atau tubuh halus, karena tidak terlihat oleh mata biasa. Tubuh halus ini kemudian divisualkan dengan tubuh kasar manusia.

Dengan menggunakan kemampuan tubuh halus, manusia bisa memperoleh indera keenam. Dengan latihan khusus, anak biasa pun bisa memancarkan aura indigo. Disinilah kelebihan anak indigo. Mereka secara otomatis memancarkan aura indigo sejak lahir. Inti latihan kepekaan tubuh halus ini selalu bermuara pada relaksasi, mengistirahatkan tubuh kasar kita. Bisa dengan yoga, meditasi atau kegiatan sejenis lainnya. Dalam kegiatan ini sebenarnya kita berlatih untuk mengenal diri sendiri dan Sang Pencipta secara spiritual, tanpa terbelenggu oleh ritual tertentu. Namun anda jangan berharap kesaktian lebih dari latihan semacam ini karena kepekaan indera keenam seseorang tidak sama dengan orang lain. Ada yang peka sampai bisa melihat atau mendengar, ada yang bisa meraba atau berkomunikasi melalui tulisan.

Pada anak kecil yang non indigo, sebenarnya mereka pun mempunyai kepekaan indera keenam. Namun kepekaan ini berkurang seiring dengan penggunaan otak kiri yang mulai intens, biasanya pada saat masuk sekolah.

Namun, terlepas dari beda pandang dalam menyikapi, dari pengalaman yang ada, anak indigo pada dasarnya punya cita-cita berbuat baik dalam menjalani kehidupan di masyarakat. Modalnya sudah di tangan: indra keenam, IQ-nya di atas rata-rata, dan bijaksana. Tinggal memolesnya saja. Dan, itulah yang kini tengah dilakukan oleh sekolah-sekolah barat untuk anak indigo yang sudah banyak bertebaran. Bagaimanapun, mereka adalah anak-anak yang masih dalam tahap berkembang. Terlebih lagi, emosi mereka belum seimbang yang tampak dari warna kepribadiannya yang masih berganti-ganti. Jadi, jangan sampai orangtua mendewa-dewakan anak indigo.

4 macam anak indigo (Nancy Tappe, dalam Carrol dan Tober, 1999)

1. Humanis
Anak indigo tipe ini akan bekerja dengan orang banyak. Anak tipe ini mempunyai kelebihan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Biasanya mereka menggunakan kemampuannya untuk menolong orang lain. Kecenderungan karir mereka di masa datang akan menjadi dokter, pengacara, guru, pengusaha, politikus atau pramuniaga. Perilaku yang menonjol saat ini adalah hiperaktif, sehingga perhatiannya mudah tersebar. Mereka sangat sosial, ramah, dan memiliki pendapat yang kokoh.

2. Konseptual
Anak indigo tipe ini lebih enjoy bekerja sendiri dengan proyek-proyek yang ia ciptakan sendiri. Mereka amat menonjol dalam merancang suatu program. Misalnya dalam rangka menyelamatkan perusahaan yang akan bangkrut atau membuat usaha baru yang booming dan mandatangkan keuntungan finansial bagi banyak orang. Contoh karir mereka di masa depan adalah sebagai arstiek, perancang, pilot, astronot, prajurit militer. Perilaku yang menonjol adalah suka mengontrol perilaku orang lain.

3. Artis
Anak indigo tipe ini menyukai pekerjaan di bidang seni. Perilaku yang menonjol adalah sensitif, dan kreatif. Mereka mampu menunjukkan minat sekaligus dalam 5 atau 6 bidang seni, namun beranjak remaja minat mereka terfokus hanya pada satu bidang saja yang dikuasai secara baik.

4. Interdimensional.
Anak indigo tipe ini yang memiliki ketazaman indera keenam di masa yang akan datang menjadi seorang filsuf, pemuka agama. Dalam usia 1 atau 2 tahun, orangtua merasa tidak perlu mengajarkan apapun kepada mereka karena mereka sudah mengetahuinya.
Reply With Quote

berbagai cerita dan kasus tentang anak indigo

“Michelangelo”
Ketika Joshua berumur kira-kira 3 tahun, ia bepergian dengan ayahnya. Tiba-tiba ia bertanya mengenai “Michelangelo”. “Pa, ingat bahwa Mechelangelo pernah melukis langit?”. Ayah Joshua berkata, “Ya, benar. Ia memang pernah melukis langit di sebuah gereja besar dan melukis benda-benda lainnya.” Ayahnya bertanya kepada Joshua, ”Kenapa? Apakah kamu tahu tentang dia atau bagaimana?” Joshua menjawab, “Ya, ya, saya mengetahuinya, ia adalah seorang pria yang baik. Kejadiannya sudah sangat lama, lama sekali.”

Borische Tipikal “Anak Indigo” (Volzhsky, Rusia)
Di Rusia, Volzhsky pada 1997 lahirlah seorang bocah laki-laki yang tidak lazim. Saat ibunya melahirkan dipagi hari yang cerah, segalanya tampak sedikit ganjil. Ibunya mengatakan, “Semuanya terjadi begitu cepat, hingga saat saya belum merasakan sakit apapun, Borische sudah lahir. Ketika suster memperlihatkan bayi itu kepada saya, bocah itu justru menatap saya dengan tatapan seorang ginekolog, namun, saya tahu bayi yang baru lahir tidak mungkin memusatkan perhatian pada hal apapun,” demikian pengakuan Nadezhda Kipriyanovich, ibu Borische.

Saat ibu itu membawa Borische pulang ke rumah, diketahui anak ini semakin tidak seperti biasanya. Ia hampir tidak pernah menangis juga tidak pernah sakit, saat menginjak usia 8 bulan, ia sudah bisa mengucapkan kata-kata secara utuh, tidak ada kesalahan dalam hal pengucapan maupun tata bahasa. Begitu juga dalam memperlakukan mainan yang diberikan ayahnya, ia juga bisa menggunakan prinsip geometri dan secara tepat merakit kembali mainannya.

Saat Borische menginjak usia 2 tahun, ia mulai mencoret-coret beberapa benda dengan warna biru dan lembayung. Psikolog yang mendeteksi hasil corat-coretnya menyebutkan, mungkin ia sedang mencoba melukis suatu lingkaran cahaya yang ditebarkan manusia. Belum juga menginjak usia 3 tahun, ia sudah bisa menjelaskan sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan fenomena alam semesta kepada orang tuanya.

Ibunya mengatakan, “Ia dapat menyebutkan semua nama planet dalam sistem tata surya, bahkan nama satelit buatan; bahkan bisa menghitung nama dan jumlah galaksi. Awalnya, saya merasa ini agak mengerikan, saya berpikir apa anak saya bermasalah dengan jiwanya. Namun, saya putuskan untuk memeriksa sejenak apakah nama-nama yang disebutkan itu benar atau tidak, dan setelah saya menemukan sejumlah buku astronomi, ternyata apa yang disebutkannya itu benar”.

Sehubungan dengan kemampuannya itu, Borische menjadi populer di kampung halamannya. Orang-orang sangat penasaran, bagaimana ia bisa mengetahui begitu banyak hal tentang astronomi. Tidak lama kemudian, Boriska kembali mulai menceritakan kejahatan yang dilakukan manusia. Ia bisa menarik seseorang yang berjalan di jalan raya, dan memintanya agar berhenti dan menjauhi narkotika, bahkan memberitahu pada laki-laki dewasa yang hilir mudik, agar jangan membohongi istri sendiri. Peramal cilik ini bahkan mengingatkan orang-orang mengenai bencana, wabah penyakit dan lain sebagainya yang akan segera tiba di dunia manusia, tindakan atau perilakunya yang ganjil ini membuat orang tuanya semakin bingung.
Para ilmuwan yang memotret auranya dan mendapati auranya berwarna indigo, yang menunjukkan bahwa “ia adalah orang yang bahagia dengan IQ yang tinggi.”

Kisah Unik Dua Anak Indigo Indonesia

Hari itu, 8 Agustus 2004, Riska Milandari sedang mengadakan pesta kecil merayakan ulang tahun ke-36. Suasana bahagia melingkupi rumah keluarga di kawasan Pondok Jaya Raya, Mampang, Jakarta Selatan. Namun suasana sedikit berubah ketika Tasya, putrinya yang berusia 2,5 tahun, berujar bahwa sanga opa (kakek Tasya) ikut datang kedalam pesta. “Kami kaget karena opa sudah meninggal,” kata Riska. Tetapi, Tasya bersikukuh bahwa opa ada dan sedang bediri diruang tamu. Agar tak mengecewakan si buah hati, Riska pun memenuhi keinginan putrinya untuk “ seakan-akan” melihat sang kakek.

“Ya, sering-sering memang begitu, Tasya biasa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain, “kata Riska. Pengalaman melihat opa yang sebetulnya sudah meninggal itu hanya sedikit kisah di antara banyak “kelebihan” Descka Putri Anastasya - nama lengkap Tasya. Menurut Riska, Tasya mempunyai kelebihan kemampuan unik yang disebut sebagai anak indigo. Awalnya, dia tak menduga bahwa Tasya termasuk indigo. Namun, setelah menceritakan kondisi putrinya dengan seorang guru besar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, barulah ia menyadari bahwa Tasya memiliki kemampuan khusus itu.

Sejak kecil, Tasya berbeda dengan balita seusianya. Saat baru berumur tiga bulan, dia sudah memegang botol susu sendiri. “Tasya menolak kalau dipegangi botolnya,“ kata Riska yang berprofesi sebagai konsultan psikologi sebuah perusahaan swasta. Memasuki usia lima bulan, giginya sudah tumbuh. “Usia delapan bulan, sudah bisa ngomong” lanjutnya.

Selain itu, Tasya sering berbicara sendiri seolah-olah menghadapi lawan bicara. Dia berperilaku seperti itu ketika sedang berada di gudang atau belakang rumah, dan yang menjadi lawan bicara kadang figur yang menyeramkan. “Suatu kali, di belakang rumah, Tasya mengaku bertemu dengan orang yang wajahnya penuh darah, “kata Riska.

Wanita asal Bandung itu yakin bahwa itu bukan khayalan sang anak. Sebab, bagi anak seusia Tasya, khayalan adalah sesuatu yang indah. “Peri atau putri, misalnya,” jelasnya. Chandra Rasyid, ayah Tasya, juga mengaku pernah mendapat pengalaman unik bersama anaknya yang diyakini mempunyai ciri khas indigo. Waktu itu, dia sedang mengendarai mobil di tol Cipularang. Saat melintasi perbukitan dijalan bebas hambatan itu, Tasya berteriak.

Menurut Chandra, Tasya mengaku melihat orang sedang duduk bertapa. Padahal, ketika itu tidak tampak apapun selain pemandangan bukit dan jalan tol itu. Namun, ketika Chandra berusaha mencari tahu, di wilayah itu sering digunakan orang-orang yang sedang ‘berusaha’ untuk meningkatkan ilmu.

Tasya, juga sering punya firasat yang kemudian jadi kenyataan. Chandra mencontohkan, suatu ketika putrinya mengatakan bahwa oma sedang sakit dan mamanya diminta untuk menghubungi segera. “Benar saja, saat di telpon ternyata oma sedang sakit,” tutur Chandra yang bekerja sebagai anggota Badan SAR Nasional itu.

Perkataan-perkataan Tasya sering benar, dimanfaatkan untuk memberi prediksi. Misalnya, ketika keluarganya sedang menonton pertandingan bola di televisi. “ Saya lupa waktu itu Jerman lawan siapa. Tapi, diminta untuk menendang bola dengan kaki kanan jika menang Jerman dan kaki kiri kalau yang menang lawanya dan, tebakan Tasya benar,“ cerita Riska.

Chandra maupun Riska mengakui, anaknya yang tanggal kelahirannya juga unik (2-2-2002) itu sering berpikir jauh lebih dewasa yang menjadi ciri khas anak indigo dibanding dengan anak sebayanya. Ketika berusia tiga tahun, misalnya Tasya sudah mampu menghibur hati mamanya, ”Sudahlah Ma, jangan dipikirin,“ kenang Riska.
Fenomena anak indigo juga ditemui pada keluarga Syahrudin dan Neneng Latifah terhadap anak pertama mereka, Irvanda Dzulkarahman. Ipang, demikian dia disapa, juga sering berbicara sendiri dengan orang-orang yang menurut orang tuanya tidak tampak. Bahkan, sang anak sering minta pintu dan jendela rumah selalu dibuka karena “teman-teman”-nya akan datang.

“Karena itu, kunci selalu saya letakkan didalam saku,” kata Syahrudin, warga Grogol, Rangkapan Jaya, Pancoran Mas Depok itu. Seperti Tasya, Ipang juga berpikir layaknya orang dewasa. Tidak jarang dia menasihati kedua orangtuanya. Misalnya, ibunya diminta harus selalu menutup aurat, yang boleh kelihatan hanya tangan dan muka saja.”

Karena kedewasaanya itu, Ipang enggan bermain dengan anak-anak sebayanya. ”Malas ah main sama anak kecil,“ kata Syahrudin meniru ucapan putranya. Saat usianya genap enam tahun, dia malah bergaul dan dekat dengan orang-orang dewasa yang teman-teman ayahnya.

Di sekolah, Ipang yang duduk di bangku TK itu cenderung tertutup. Meski demikian, dia justru cepat menerima pelajaran. Saking cepatnya menyerap pelajaran, dia sering komplain jemu menerima pelajaran anak kecil. Hasil tes IQ yang diikutinya menunjukan dia memiliki IQ 129. Bahkan, di TPA tempatnya mengaji, Ipang menganggap guru yang ada tidak cukup untuk mengajarinya.

Ipang sering menebak sesuatu yang acapkali benar. Ketika diajak pergi ke tempat pamannya, misalnya, dia mengatakan bahwa jalan menjuju kesana berliku. “Memang berliku, tapi, belum sekalipun dia kesana.” kata sang ayah.

Suatu kali Syahrudin dan Neneng berbelanja di sebuah pusat pembelanjaan. Ketika hendak naik eskalator, Ipang menunjuk seorang pria yang berpakaian rapi. “Awas ayah itu copet!” seru Ipang. Kedua orang tuanya kaget dan mengingatkan anaknya untuk tidak menuduh orang sembarangan. Namun, Ipang justru berontak, bahkan akan mengejar pria tadi. Akhirnya, Ipang pun digendong. Ternyata apa yang diserukan Ipang benar. Saat berdesak-desakkan, pria itu telah menempel Syahrudin dan berusaha mengambil dompet dari saku celananya.

Untuk mengetahui seorang anak itu indigo atau tidak dapat dilakukan pemeriksaan. Salah satunya melalui foto aura. Caranya, lima jari anak dipasang sensor - semacam scanning yang dihubungkan dengan komputer. Di komputer itulah tampak apakah auranya tergolong aktif atau tidak. Jika tampilan cakra di dahi berwarna nila dan kelihatan aktif (seperti bergerak-gerak) dan warna di sampingnya dominan nila, maka anak itu positif indigo. Cara lain untuk menentukan apakah seorang anak itu indigo adalah dengan melakukan wawancara psikologi terhadap si anak.

Baik Tasya maupun Ipang adalah dua anak yang dinyatakan positif indigo. Tasya dinyatakan sebagai indigo setelah diwawancarai seorang guru besar Fakultas Psikologi UI. Sedangkan Ipang dinyatakan positif setelah melewati metode foto aura seperti yang dipaparkan Dr. Tubagus Erwin.

Annisa, Si Gadis Cilik Indigo (DKI Jakarta, Indonesia)
Beberapa waktu yang lalu, beberapa media massa DKI Jakarta mengulas habis seorang anak "sakti". Gadis cilik bernama Annisa itu sangat mengagumkan dalam menunjukkan kelebihan olah batinnya. Bocah berusia 5 tahun tersebut begitu luar biasa menguasai bahasa asing seperti Inggris, Arab, atau Belanda. Annisa tiba-tiba langsung berbicara Bahasa Inggris beraksen Amerika begitu ia bisa bicara pada usia 2,5 tahun. Padahal secara informal orang tuanya tidak pernah mengajarkan bahasa-bahasa tersebut.
Nisa menyebut ibunya, Yenny, dan bukan dengan panggilan mama. Bahkan kecerdasan anak ini di atas rata-rata anak seusianya. Akibat kelebihan yang satu ini, membuat Annisa tidak bisa sekolah secara formal seperti kebanyakan anak. Kecerdasannya yang melebihi teman sekelasnya, membuat dia tidak betah belajar di kelas. Secara spiritual, Annisa juga mempunyai kelebihan. Dia sanggup menyembuhkan berbagai penyakit. Setiap hari ada saja orang datang untuk minta pertolongan. Jangan heran jika kemudian dia menjadi instruktur sebuah klub meditasi.

Kemampuan melihat dan mendengar Nisa sangat tajam pada pukul 23.00 sampai dini hari. Tetapi kalau secara sengaja diminta memperlihatkan kemampuannya, ia akan menolak dengan tidak memperlihatkan kemampuan itu sehingga ia tampak seperti anak-anak lainnya," ujar Yenny. Kata sang ibu, Nisa tidak mudah bersalaman dengan orang. Ia seperti tahu orang yang suka pergi ke dukun atau memakai jimat. Namun sebagai anak-anak Nisa juga suka menyanyi dan bermain.

Malam-malam si kecil ini juga selalu dilewatkan dengan ritual meditasi. Rata-rata Annisa baru tidur pukul 02.00 dini hari, setelah meditasi yang panjang. Dengan olah batinnya tersebut, Annisa mampu mendeteksi hawa jahat di udara. Di mana ada hantu atau kekuatan jahat lainnya, Annisa sanggup melihatnya

Kerusuhan Mei 1998 (Indonesia)
Suatu hari di paruh Desember 1997, dalam tidurnya yang tenang, Andrean Ganie Hendrata tiba-tiba terbangun. Ada semacam ketakutan yang baru dilihatnya. Keringat dingin merembes dari pori-pori kulitnya yang kuning. Wajahnya yang kalem seketika berubah sedih. Kedua pipi bocah berusia enam tahun itu basah oleh air mata. Ia tak kuasa membendung kesedihannya.

Di dalam mimpinya itu, Andrean melihat sebuah kota hingar-bingar. Banyak rumah dan mobil terbakar, tangan-tangan mengepal, perempuan menjerit-jerit, dan kaum pria dipukuli tanpa sebab jelas. Ia tak tahu kapan dan di mana peristiwa dalam mimpinya itu terjadi. Yang pasti, "Mimpi serupa terjadi selama dua minggu berturut-turut," Lianny Hendranata, ibu Andrean, menuturkan.

Mimpi mengerikan yang bertubi-tubi selama dua pekan itu membuat fisik Andrean makin loyo. Dan, akhirnya bocah kurus itu jatuh sakit. Tapi Lianny menyadari sepenuhnya bahwa anaknya tidak sakit sembarangan. Itu sebabnya, dia tidak membawa anaknya ke dokter. Si ibu justru mengundang pendeta untuk mengobati jiwa anaknya.

Sang pendeta pun datang. Ia membaca doa-doa di tepi pembaringan Andrean. Terasa simpel, tapi berhasil. Sebab, hari-hari berikutnya Andrean tak pernah lagi bermimpi buruk tentang sebuah kota yang tercabik-cabik anarkis. Kesehatannya kembali pulih. Enam bulan sejak mimpi itu berlalu, Jakarta dilanda kerusuhan hebat. Penjarahan, pembakaran, penganiayaan terjadi pada Mei 1998. Tragedi itu ditayangkan oleh semua stasiun TV. Saat itulah ingatan Andrean kembali "dibangunkan". Sembari menunjuk ke arah televisi, ia bilang: "Ma, itu yang aku lihat di mimpiku dulu!"
Sejak lahir, Andrean sudah menunjukkan kemampuan indra keenamnya. Malah, sejak bayi dia terbiasa melihat makhluk yang tak terlihat oleh indra biasa. Setelah besar, kemampuan Andrean makin sempurna. Kadang-kadang ia melihat sebuah benda bisa bergerak sendiri. "TV yang sudah dimatikan tahu-tahu bisa menyala kembali," kata Andrean, yang kini duduk di kelas I SMP Slamet Riyadi, Cijantung, Jakarta Timur. Dengan daya kelebihannya itu, oleh orangtuanya, Andrean difoto aura. Dan, hasilnya berbeda dengan anak umumnya. Aura Andrean berwarna nila. Saat ia dites, IQ-nya di atas 120. Itulah beberapa pertanda bahwa Andrean masuk dalam kategori anak indigo.
Andrean adalah bungsu dari tiga bersaudara pasangan Ganie Hendranata dan Lianny Hendranata. Sehari-hari Hendranata bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan. Rupanya, tak hanya Andrean yang indigo. Kedua kakaknya, Imelda dan Raymond juga sama. Begitu pula Lianny.

Satu keluarga yang terdiri lima orang, empat di antaranya indigo, tentu seru. Mereka bisa bertelepati satu dengan lain. Suatu hari, misalnya, Imelda ingin memiliki sarung tangan warna merah. Tapi harganya mahal. Sang ibu menyarankan agar si sulung mencari sarung tangan yang murah saja. Rupanya, setelah mencari sekian lama, si anak tak berhasil menemukan sarung tangan merah berharga murah.

Tak berhasil bukan berarti memupuskan harapan. Imelda terus berjuang dengan caranya sendiri. Yaitu menciptakan keinginannya melalui otak: "Aku mau sarung tangan warna merah. Nggak tahu gimana caranya; aku harus punya sarung tangan warna merah." Beberapa hari kemudian, Raymond yang pulang dari Yogyakarta membawa oleh-oleh berupa sarung tangan warna merah buat kakaknya. "Masak, setiap aku masuk toko, kuping selalu berdengung; ada yang minta sarung tangan merah," kata Lianny, yang juga terimbas telepati anaknya itu.

Ardi, si Bocah Indigo (Indonesia)

Sepanjang perjalanan menuju rumah nenek, Ardi, sebut saja begitu, seperti tidak bergerak. Wajahnya pucat pasi. Ia terus menutupi telinganya. Sang ibu tak berani mengusik anak sulungnya. "Saya sebenarnya heran, kok Ardi nangisnya sampai begitu waktu mendengar kabar ibu saya meninggal. Enggak seperti anak kecil lain yang kehilangan neneknya. Sedih ya sedih, tapi enggak gitu-gitu amat," ujar Dewi. Begitu turun dari mobil, Ardi seperti terkesima melihat sesuatu di pintu masuk. Ketika mencium jenazah neneknya, tiba-tiba ia kembali menutupi telinganya dan tampak ketakutan. Pandangannya terus menuju ke luar pintu. Setelah itu Ardi mengatakan kepalanya sakit, dan tidak ikut ke makam.

Menjelang tengah malam, Ardi menanyakan apakah ibunya mendengar suara petir siang tadi. Sang ibu menjawab, "Tidak." "Masak Mama enggak dengar, kan keras sekali dan terus- terusan, Ma," kata Dewi menirukan ucapan Ardi saat itu. "Sehabis itu Ardi menceritakan semuanya," lanjut Dewi. Selain petir, Ardi melihat burung besar di pintu rumah sang nenek. "Burung itu enggak pergi-pergi," ujar Ardi seperti ditirukan Dewi.

Saat mencium neneknya, Ardi melihat sang nenek berjalan menuju sebuah gerbang. Saat itu Ardi mendengar suara petir lagi, yang lebih keras dari sebelumnya, dan ia menyaksikan neneknya melangkah melewati gerbang, terus berjalan menuju tempat yang ia katakan "indah sekali". Peristiwa itu bukan yang pertama, sehingga Dewi dan suaminya tidak lagi terkejut mendengar penuturan anak mereka. "Dia sering melihat macam- macam, tetapi biasanya diam. Ia hanya mau berbicara sesudahnya, pelan-pelan dan hanya kepada orang tertentu," sambung Dewi. Di sekolah ia termasuk cerdas. IQ-nya antara 125-130. "Tapi gurunya bilang ia suka bengong di kelas," sambung Dewi. Kepada ibunya, ia bercerita melihat macam-macam di sekolah, yang tidak bisa dilihat orang lain, di antaranya anak tanpa anggota badan, dan ia merasa sangat kasihan.

Suatu hari saat belajar di rumah ia tersenyum. Ketika ditanya oleh sang ibu, ia mengatakan ada anak persis sekali dengan dirinya. Hari berikutnya ia bercerita, anak itu datang di sekolahnya. Ketika ditanya di mana ia tinggal, anak itu menjawab, "Di sana," sambil telunjuknya menunjuk ke arah atas. "Ada apa di sana?" tanya Ardi. Anak itu menjawab, "Ada orang gede- gede buanget. Anak itu omongnya juga medhok lho Ma, kayak aku, persis," tutur Ardi seperti diceritakan kembali oleh Dewi. Tentu tak ada orang lain melihat "anak itu" kecuali Ardi.

Dewi dan suaminya memahami apa yang terjadi pada Ardi dan juga adiknya. Beberapa anggota keluarganya juga memiliki kepekaan lebih dibandingkan dengan orang kebanyakan. Pada Ardi hal itu sudah terdeteksi saat masih bayi. Dewi sendiri tidak menceritakan situasi anaknya itu pada setiap orang di luar keluarga. "Kalau enggak percaya bisa-bisa anak itu dianggap berkhayal," lanjutnya.

Dewi tidak mengecap anaknya berkhayal, karena dalam beberapa hal ia juga memiliki kepekaan itu, meski hanya sampai tingkat tertentu. "Suatu sore, saya merasa ada bayangan putih. Ardi rupanya juga melihat karena ia tersenyum. Dia bilang, “Ma, ada yang ngikutin, perempuan. Tapi orangnya baik sekali.” Ketika saya tanya siapa, Ardi tidak menjawab.

Anak Kristal – The Crystal Children

Terlepas dari segala kelebihan anak–anak indigo, mereka diyakini datang ke planet ini dengan membawa misi. Seperti halnya para ilmuwan di zaman biru yang merubah dunia dengan teknologi, anak indigo akan merombak dunia dengan terlebih dahulu menata spiritual manusia. Seperti diketahui, dalam kehidupan beragama setiap umat mempunyai dimensi spiritual yang dirayakan dengan cara-cara yang disebut ritual. Ada kalanya ritual ini malah bertentangan dengan esensi / hakekat spiritual itu sendiri seperti cinta kasih, perdamaian, kejujuran, tolong menolong, dan lain-lain. Kadang, dalam ritual agama, ada pandangan yang menghalalkan darah dari kelompok lain, mengkafirkan orang lain, mengorbankan darah, berperang atas nama agama, dan sebagainya. Di sinilah peran anak-anak indigo untuk membereskan semua ini. Tatanan yang tidak sesuai dengan esensi spiritual akan dirombak sampai akhirnya muncul masa kedamaian.

Perilaku umat manusia yang mengabaikan sifat-sifat mulia Sang Pencipta perlahan lahan akan dikikis habis. Pekerjaan anak indigo ini akan berakhir dengan munculnya kedamaian di seluruh bumi. Namun proses perkembangan zaman belum usai. Anak anak indigo hanya mempersiapkan jalan bagi munculnya era berikutnya.

Setelah keberhasilan "pasukan penyerang" ini, muncullah anak-anak kristal (Crystal Children). Mereka lebih berbeda lagi. Anak kristal umumnya lebih kalem dan secara fisik mereka kurang begitu kuat karena lebih rapuh dan rentan. Kemampuan indra keenamnya tidak hanya dalam hal penglihatan, tapi juga pendengaran dan lainnya. Mereka bisa melihat permasalahan lebih mendalam dan intuisi anak seperti itu juga kuat. Anak-anak dengan warna dasar aura bening dan lengkap ini umumnya lahir dari orangtua yang spiritual.

Anak kristal yang juga bermunculan belakangan ini menjadi semacam "pasukan pendudukan". Mereka mempunyai kelebihan layaknya anak indigo namun tidak mempunyai daya untuk melawan. Tugas mereka adalah menjaga perdamaian dan membangun segala sesuatu yang rusak akibat pertempuran anak indigo dengan tatanan dunia lama. Dalam usianya yang masih sangat belia, anak kristal bijak laksana pandita. Tidak ada kata-kata kasar, makian, umpatan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya mempunyai kemampuan membangun dan menjaga kedamaian.
File Under:

0 komentar: